JAKARTA, KOMPAS.com — Meski petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sudah mulai menjalankan tugasnya sejak pekan lalu, tetapi sejumlah anggota Satpol PP Kecamatan Koja hingga kini mengaku masih trauma. Sebab, tempat kerja mereka masih satu kawasan dengan areal Makam Mbah Priuk, tempat terjadinya bentrok fisik dengan massa hingga menewaskan tiga anggota Satpol PP pada Rabu (14/4/2010) silam.
Saya masih trauma menyusul teman kami Hermanto tangannya nyaris putus ditebas samurai.
-- Sutardi
Untuk memulihkan rasa percaya diri, sekitar 100 petugas Satpol PP Kecamatan Koja mendapatkan bimbingan rohani sekaligus bimbingan psikiater di Islamic Centre, Tugu Utara, Koja, Kamis (29/4/2010).
Seluruh anggota Satpol PP yang hadir tampak sangat antusias mengikuti rangkaian siraman rohani. Hadir dalam acara tersebut, Agus Sutiyono, seorang psikiater dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Adalah Sutardi (35), satu anggota Satpol PP Kecamatan Koja, yang mengaku mengalami trauma setelah terlibat dalam peristiwa bentrokan dengan massa saat akan melakukan eksekusi gapura dan pendapa di kawasan Makam Mbah Priuk. "Sebelum insiden itu terjadi, beberapa kali kami sempat benturan dengan penghuni Makam Mbah Priuk saat memberikan surat peringatan. Malah Lurah Koja, Toto S Dipo, pernah kena bogem mentah. Apalagi kalau mengingat insiden pada Rabu (14/4/2010) lalu, saya masih trauma menyusul teman kami Hermanto tangannya nyaris putus ditebas samurai," kata Sutardi yang mengaku sudah 10 tahun menjadi anggota Satpol PP itu.
Hal serupa juga diungkapkan Lardi, petugas Satpol PP Koja lainnya, yang mengaku masih trauma ketika berada di kerumunan orang banyak. "Ada perasaan gimana gitu, kalau melihat orang banyak. Apalagi kalau dengar suara teriakan. Mungkin belum hilang trauma waktu itu karena saya berada di depan. Untungnya, saya enggak kenapa-napa," katanya.
Namun, setelah mendapatkan siraman rohani sekaligus motivator dari psikiater UNJ, sejumlah petugas Satpol PP Koja ini mengaku sedikit banyak rasa trauma dan takut mulai hilang. Mereka merasa bangkit kembali dari mimpi buruk pascakejadian penertiban Makam Mbah Priuk.
Kini bentrok fisik dengan massa di areal Makam Mbah Priuk itu akan dijadikan pelajaran yang sangat berarti bagi mereka. Ke depan, saat bertugas di lapangan mereka akan melakukan pendekatan dengan persuasif dan komunikasi.
Terkait hal itu, Kasatgas Pol Koja Siti Mulyati mengatakan, siraman rohani ini merupakan pembinaan mental sekaligus untuk memotivasi para anggotanya. Ia mengaku, sebelumnya sejumlah anggotanya ragu dengan tugas yang diberikan beberapa hari ini pascatragedi Makam Mbah Priuk. "Namun, dengan mendatangkan psikiater dari UNJ, diharapkan dapat mengembalikan semangat anggota yang saat ini mengalami trauma dan jatuh semangat. Saya ingin menghilangkan pikiran-pikiran negatif melalui terapi ini," kata Mulyati.
Sementara itu, konseling atau motivator dari UNJ, Agus Sutiyono, menggunakan cara hypnotrapsikis dalam memotivasi seluruh anggota Satpol PP itu, yakni menghilangkan trauma, mental blok, persoalan-persoalan psikis yang baru terjadi atau menghipnotis alam bawah sadar. "Saya berharap, dengan bimbingan ini mereka mampu menjalankan tugasnya seperti sedia kala dengan performance yang baik setelah kejadian Makam Mbah Priuk di Koja," tandasnya.
No comments:
Post a Comment