Saturday, April 2, 2011

Apa itu Hypnoparenting ?



Apa itu Hypnoparenting?

Ini materi yang saya dapet pas mengikuti seminar di UNJ Rawamangun. Tadinya ga mo ikut, berhubung yang jadi panitia sahabat gw, dia dah promosi begitu gencarnya, dan juga diskon khusus bwat gw. Akhirnya gw luluh juga. Saya pikir, pastilah ada manfaatnya. Lagian ilmu ini kan bagus bwat bekal mendidik anak. (Kan impian gw jadi ibu yang ideal bwat anak2. Busyet... abstrak banget tuh impian..). Emang ga rugi seh, apalagi Pak Agus Sutiyono, sang motivator, bagus banget menyampaikan materinya.

Ini sedikit materi yang bisa saya share...

Hypnoparenting terdiri 2: hypnosis dan parenting.

Hypnosis dipengaruhi oleh teori2 mengenai pikiran dan struktur bahasa. Artinya: proses pemasukan informasi ke dalam pikiran adalah suatu proses hypnosis. Contoh, mari kita bayangkan sebuah jeruk lemon yang sangat segar di depan Anda. Bayangkan jeruk tersebut dibelah jadi 2 bagian dan kemudian dikucrkan ke dalam mulut. Bagaimana reaksi tubuh Anda? Adakah pengaruhnya? Apakah air liur Anda menjadi lebih encer? Jika Anda perhatikan, jeruknya kan tidak ada, hanya imajinasi bukan? Tetapi mengapa tubuh bereaksi dengan cara yang sama ketika jeruknya benar2 ada.

Otak kita menangkap gambaran mental dari jeruk lemon. Dan ketika kita melakukannya dengan penuh perasaan dan konsentrasi maka otak menganggap hal itu suatu kenyataan dan memerintahkan tubuh untuk bereaksi dengan cara yang sama saat kita dulu berhadapan dengan jeruk lemon yang sesungguhnya.

Nah sekarang, apa itu Parenting? Parenting adalah segala sesuatu yang berurusan dengan tugas2 orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak. Tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak sebenarnya sangat berat dan penuh lika liku tantangan. Sayangnya sebagian orang tua (mudah2an kita nggak ya..) hanya berbekal pengalaman sebagai seorang anak yang dulunya dididik dan dibesarkan oleh orangtua kita.

Sebagian besar pola didik orangtua kita akhirnya mewarnai tugas kita sebagai orangtua. Kita memperlakukan anak kita sebagaimana orangtua memperlakukan kita dulunya. Seharusnya kita memperlakukan anak sebagaimana kita dulu ingin diperlakukan oleh orang tua kita. Dengan begitu kita bertindak atas dasar perasan seorang anak, bukan atas dasar perasaan orangtua. Karena apa yang kita anggap baik belum tentu seperti yang diiinginkan anak.

Hypnoparenting adalah cara kita mempetakan dan membuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas kita sebagai orangtua ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran dan pengaruhnya terhadap masa depan seorang anak.

Mengapa meninjau dari sudut pandang cara kerja pikiran?

Karena segala sesuatu berakar dari pikiran. Manusia, anak-anak sampai dewasa, melakukan segala sesuatu karena punya pikiran. Segala hal tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak tak akan berhasil jika kita gagal memehami cara kerja pikiran. Satu hal sederhana, mengapa seorang bayi belajar berjalan?

Karena ia melihat semua orang dewasa di sekitarnya berjalan tegak dengan kedua kakinya. Bukan karena umurnya memang mengijinkan dia untuk berjalan. Jika selama 5 tahun pertama hidupnya, sang bayi hanya melihat orang di sekitarnya merangkak, maka ia pasti akan merangkak juga, tidak akan berjalan tegak. Inilah mekanisme hipnosys yang paling sederhana. Kita telah mempengaruhi seorang bayi dengan contoh nyata bahwa suatu hari ia akan berjalan juga sebagaimana orang dewasa. Hal ini ditangkap oleh otak bawah sadarnya dan diproses sampai saat si bayi mulai mencoba untuk berdiri tegak dan berjalan. Tetapi karena tulangnya belum kuat maka ia akan terjatuh. Tetapi dengan sugesti dari kita, "Ayo coba lagi. Berdiri lagi sayang, kamu pasti bisa", maka ia akhirnya bisa berjalan. Bayangkan apa yang akan terjadi jika sugestinya, "Alaaa percuma, kamu tidak akan bisa. Sudahlah duduk aja tidak usah berdiri atau berjalan." Apakah si bayi akan bisa berjalan? Tentu tidak.

Meraih Sukses Melalui Motivasi


Meraih Sukses Melalui Motivasi

DR. Agus Sutiyono, MM

Dibesarkan di lingkungan keluarga yang serba pas-pasan, membuat Agus Sutiyono memendam tekad kuat untuk keluar dari lingkaran kesulitan ini. Melalui dunia motivasi, ia menemukan jalan hidup yang lebih cerah, bahkan bisa memberi pencerahan bagi banyak orang.
Meraih sukses adalah impian banyak orang. Sukses dalam kehidupan rumah tangga, sukses dalam berkarir, sukses mendidik anak, serta berbagai impian kesuksesan lainnya. Sayang tidak semua orang mengetahui bagaimana cara dan strategi untuk meraihnya. Sebab sukses tentu tidak datang dengan sendiri. Sukses juga tak bisa diraih hanya dengan berdoa tanpa disertai upaya dan kesungguhan tindakan untuk menggapainya. Tidak juga cukup hanya dengan upaya, namun harus disempurnakan sikap serah diri, serta doa.
Sukses tak hanya menjadi bagian segelintir orang, tetapi menjadi hak setiap orang. Karena itu, jangan pernah menyerah untuk meraih sukses yang Tuhan sediakan. Namun untuk meraihnya, tentu membutuhkan waktu, cara, dan jalan yang mungkin setiap orang akan berbeda. Karena itu, “to be your self, (jadilah diri anda sendiri), karena setiap orang bisa miliki cara dan jalan dalam meraih sukses di bidang masing-masing.
Itulah sekelumit untaian motivasi yang membesarkan dari perjalanan dan pengalaman Agus Sutiyono yang kini sukses menggeluti dunia motivasi, sebagai Founder & Master Reiki-Indonesia dari Reiki Institute. Ia mengaku, pengalaman sulit masa lalu telah menginspirasi banyak hal dalam dirinya hingga terpacu untuk merubah dan menggapai kehidupan yang lebih baik.
“Saya dulu susah, ga punya uang. Orang tua pas-pasan dan tidak pintar. Lingkungan yang ada juga kurang mendukung saya untuk meraih pendidikan lebih baik. Saya benar-benar dibenturkan dalam situasi dan kondisi yang serba sulit. Tapi bersyukur, justru hal itu telah memacu semangat saya untuk bisa keluar dari lingkaran ini. Di benak saya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Faktanya banyak orang yang tidak bisa baca dan tidak sekolah, tapi karena memiliki tekad dan motivasi tinggi, akhirnya bisa meraih sukses,” ungkap Agus Sutiyono, mengenang masa lalu dan ihwal keseriusannya menggeluti bidang motivasi.
Pengalaman inilah yang ia tularkan kepada orang lain dengan memberikan motivasi. Ia mengaku menekuni bidang ini sejak tahun 1990-an dengan pendekatan ilmu Reiki yang telah dikenal sejak berabad-abad tahun lalu. Reiki (bahasa Jepang) yang berarti "Kekuatan Universal", atau "Energi Ilahi", memiliki kekuatan dan manfaat besar bagi manusia. Reiki katanya, memiliki keajaiban spiritual yang bisa mengantarkan seseorang memiliki kemampuan istimewa. Di antaranya kemampuan penyembuhan berbagai penyakit untuk diri sendiri, orang lain, serta kemampuan energi perlindungan agar tetap bugar.
Makin lengkaplah bekal yang didapat yang sengaja ia padukan antara reiki, ilmu keguruan (pendidikan), serta wawasan manajemen bisnis praktis (modern) untuk pengembangan SDM. Apalagi sebelumnya, dia juga sudah malang melintang bekerja di beberapa perusahaan yang sebagian di antaranya dilakukan sembari kuliah. Misalnya tahun 1990-1994 dia sudah dipercaya menjadi Program Manager dan Penyiar Radio Ros Jakarta.
Dari dasar reiki ini, lalu dikembangkan ke dalam bidang yang lebih spesifik, yakni hypno reiki, hypno therapy. Hypnoreiki katanya, merupakan dua tools resultante yang memiliki kekuatan dahsyat. Yakni kekuatan energi Illahi dan kekuatan pikiran bawah sadar yang bisa digunakan untuk penyembuhan melalui upaya self healing bagi diri sendiri maupun klien/pasien. “Tentu untuk bisa melakukannya ada teknik dan cara yang harus dipelajari. Karena itu kami sering menggelar workshop dan pelatihan tentang Human Capital Development ini.
” Sebenarnya sangat mudah dipelajari dan menyenangkan,” ujarnya.
Bahkan belakangan pihaknya gencar mengembangkan reiki untuk pendidikan anak melalui hypno parenting. Bahkan dia juga menulis buku khusus hypno parenting dengan judul “Dahsyatnya hypnoparenting”. Bidang pendidikan ini sejalan dengan latar belakang pendidikan yang pernah digelutinya, yakni IKIP-Jakarta, 1994. Begitu pula ketertarikannya pada SDM, karena sebelumnya memang pernah menempuh Magister Management IPMI Jakarta, dengan spesialisasi Program Manajemen SDM tahun 1996. Selain itu, pria kelahiran Solo-Jawa Tengah tahun 1968 ini, juga pernah mengikuti Indonesia –Australia Spesialist Project II, Human Right Program University of Sydney (UTS) Australia pada tahun 2003.
Menurutnya, sukses berangkat dari lingkungan keluarga. Sayangnya banyak orang tua menemui berbagai kesulitan dalam mendidik anaknya. Apalagi faktanya dalam keluarga, acap dijumpai anak yang malas belajar, tidak suka makan, kurang percaya diri, atau bahkan anak yang nakal dan suka mengganggu orang lain. “Kondisi ini kerap membuat pusing orang tua. Padahal kondisi tersebut bisa diatasi dengan mudah di antaranya melalui teknik hypno parenting dan memberi motivasi positif,” ujarnya.
Menurutnya, teknik hypno parenting dapat mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan segesti berupa kalimat positif. Misalnya ‘Kamu pintar dan rajin’. Kamu senang belajar dan selalu mengerjakan tugas dengan baik”, serta berbagai sugesti positif lain yang mengarah pada upaya memotivasi anak. Hal seperti itu, dengan sendirinya akan tertanam kuat di benak sang anak. Karena itu, ia menyarankan agar orang tua menghindari dalam menggunakan kata-kata yang bernuansa negative. Karena seperti pepatah mengatakan bahwa kata-kata itu adalah doa. “Jangan salahkan jika anak menjadi nakal karena ia memang sering dicap orang tuanya dengan kata-kata "anak nakal". Teknik dan ilmu ini juga kami diajarkan melalui workshop dan pelatihan khusus untuk peningkatan kemampuan anak,” jelasnya.
Kemampuannya sebagai motivator memang sudah teruji. Apalagi sebelumnya bahkan hingga sekarang, dia juga menjadi konsultan dan traniner bagi pengembangan SDM di beberapa perusahan dan institusi pemerintah. Sejak tahun 2000, dia sudah dipercaya menjadi konsultan dan trainer di beberapa perusahaan besar dan lembaga pemerintahan. Di antaranya menjadi konsultan/trainer PT Indosat, PT Pertamina, PT Interbat, PT Indo Farma, PT Mandira Era Wisata. Bahkan juga di lembaga pemerintah, seperti konsultan dan trainer Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta (2002-Sekarang), konsultan/tenaga ahli Dinas Trantib DKI Jakarta, serta Tenaga Ahli Dirjen HAM Departemen Kehakiman dan HAM.
Karena banyaknya job, beberapa di antaranya terpaksa masih dirangkap hingga sekarang. Padahal sejak tahun 2001 hingga sekaang, dia juga Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan di UNJ. Tak pelak jika hari-harinya selalu padat dengan kesibukan. Apalagi hingga sekarang, dia juga masih aktif di beberapa organisasi kemasyarakatan. (beng aryanto)

Mendidik dengan Hypnoparenting



Jumat, 01 April 2011 pukul 10:39:00
Mendidik dengan Hypnoparenting

Oleh Edy Setiyoko
Anak sebaiknya tidak hanya dididik agar cerdas.

Keluarga, menurut psikolog Dr Endang Suraningsih, Psi, merupakan tempat awal membangun referensi sukses dalam kehidupan. Orangtua mesti ekstra hati-hati atas segala ucapan, kelakuan, dan pikiran.

Ini karena, segala tindakan akan tertanam dalam memori dan membentuk pola kerja otak dalam pertumbuhan. "Jika demikian, maka menjadi penting orang tua berperan membentuk pola perilaku, sikap dan mental diawali dari rumah," tutur Endand Suraningsih.

Terkait dengan hal tersebut, gerakan pendidikan kembali ke rumah sebagai upaya membangun dan mempersiapkan putra-putri meraih masa depan, sungguh luar biasa. Menurut pengamat pendidikan,. Sri Hartini, proses pendidikan anak berlangsung pada tiga area, atau lebih dikenal dengan trilogi pendidikan. "Pendidikan berlangsung dalam keluarga (informal), di sekolah (formal), dan masyarakat (non formal)," tuturnya.

Sri Hartini sependapat dengan Endang Suraningsih, bahwa pendidikan yang pertama dan utama dalam keluarga. Alasannya, jumlah alokasi waktu lebih banyak di keluarga dibandingkan di sekolah maupun masyarakat. "Di sinilah arti penting penting orang tua memberi didikan, contoh, teladan bagi anak. Yang jelas, proses pendidikan dalam keluarga penuh syarat makna dalam pembentukan karakter anak," tegasnya.

Menurutnya, prinsip proses pendidikan dalam keluarga adalah bagaimana orang tua menanamkan dan menumbuhkan pembelajaran yang menyenangkan, join full learning, tanpa ada unsur kekerasan, bahasa sarkasme, atau tindak negatif lain yang membuat anak hilang semangat dan putus asa. "Sehingga anak bisa tune in terhadap apa saja yang dipelajari, tumbuh kemandirian belajar tanpa harus diperintah," papar Sri Hartini.

Hypnoparenting
Untuk menjadi guru dan orang tua yang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, Informasi penting bagi guru, sekaligus orangtua yang ingin memperoleh bekal mendidik anak dengan baik dan benar. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Cendikia, Pusat Kajian dan Pengembangan Potensi Sumber Daya Manusia, Jakarta memberi penawaran pelatihan gratis tentang Hypnoparenting.

Menyadari arti penting orangtua dalam mempersiapkan masadepan anak, LSM Cendekia memberi pelatihan Hypnoparenting. Kegiatan pelatihan berlangsung rutin setiap Hari Senin. ''Tujuan kegiatan tersebut adalah agar publik mengerti apa itu Hypnoparenting, dan bagaimana aplikasi sederhana dalam kehidupan sehari- hari yang berkait dengan mendidik anak,'' tutur Direktur Eksekutif Cendikia, Dr Agus Sutiyono MM CHt.

Guna mengembangkan program ini lebih besar dan jangkauan lebih luas, motivator yang juga dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini, mengajak semua pihak berpartisipasi mewujudkan cita-cita ingin mempersiapkan konsultan, trainer yang terjun ke seluruh pelosok didukung dengan mobil Hypnoparenting keliling. "Selain itu, juga mengembangkan sekolah umat yang dapat melayani semua masyarakat. Sehingga, pendidikan dapat masuk ke semua lini kehidupan," tutur Agus.

Apa itu Hypnoparenting? Hypoparenting terdiri dari dua kata dasar, yakni hypnosis dan parenting. Hypnosis di Indonesia, kata Agus, masih dianggap sebagai satu hal yang dipenuhi misteri, melibatkan kuasa kegelapan, atau bentuk praktik supranatural. Oleh karena itu, tidak sedikit juga orang yang percaya bahwa hal yang berbau hypnosis harus dijauhi atau dihindari.

Padahal, Agus menambahkan, fenomena hypnosis dialami setiap hari. Pernah melihat film mengharukan hingga menangis, atau sedemikian larut dalam film itu, sehingga seakan menjadi sesuatu yang nyata? Itulah hypnosis.

Contoh lain, membayangkan jeruk lemon sangat segar. Bayangkan, jeruk tersebut dibelah dan dikucurkan ke mulut. Reaksi tubuh adalah, air liur jadi encer. Padahal, jika diperhatikan jeruknya tidak ada. Atau hanya imajinasi saja. Tetapi, mengapa tubuh bereaksi dengan cara yang sama ketika jeruknya benar ada. Itulah hypnosis.

Nah, sekarang apa itu parenting? Parenting adalah, segala sesuatu yang berurusan dengan tugas orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak. Tugas ini sebenarnya berat dan penuh liku tantangan. Sayangnya, orang tua hanya berbekal pengalaman sebagai seorang anak yang dulunya dididik dan dibesarkan orang tua. ''Dengan Hypnoparenting kita berusaha memetakan dan membuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas sebagai orang tua ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran dan pengaruhnya terhadap masa depan seorang anak," jelas Agus.

Mengapa kita meninjaunya dari sudut pandang cara kerja pikiran? "Karena, segala sesuatu berakar dari pikiran. Manusia, anak sampai dewasa, melakukan segala sesuatu karena punya pikiran," tegas Agus.

Ia memberikan pertanyaan sederhana, ''mengapa bayi belajar berjalan?'' Karena, bayi tersebut melihat semua orang dewasa di sekitarnya berjalan tegak. Jika selama lima tahun pertama hidupnya, sang bayi hanya melihat orang sekitarnya merangkak, maka ia pasti akan merangkak juga. Tidak akan pernah berjalan tegak. "Inilah mekanisme hypnosis paling sederhana," ujarnya.

Agus mengemukakan, pendidikan merupakan faktor terpenting dalam menciptakan anak cerdas, kreatif dan stabil. Pendidikan di sini mencakup formal, informal, dan nonformal.

Namun, seringkali pendidikan yang notabene cara membangun kecerdasan justru menjadi tidak efektif, karena hanya mementingkan salah satu sisi. Seperti, mendidik anak secara kognitif saja. "Sementara, sisi emosi tidak pernah disentuh. Ini menjadikan anak merasa tertekan, stres dan tidak bahagia," tuturnya.

Menurut Agus, anak sebaiknya tidak hanya dididik agar cerdas. Tapi, juga mampu berpikir kreatif, imajinatif dan mempunyai emosi stabil. "Selama ini, banyak anak pandai secara intelektual, tapi gagal secara emosional. Mungkin, itulah salah satu alasan, mengapa saat ini banyak terjadi tawuran, pemakaian narkoba, kenakalan remaja, bahkan tindak kriminal," paparnya. ed: irwan kelana